Jumat, 01 Maret 2013


Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa didirikan pada tanggal 3 Januari 1986 di Pon pes Lirboyo kota Kediri, Jawa Timur, berdasarkan hasil Musyawarah Para Kyai, Ulama dan Pendekar pada saat itu terpilihlah Gus Maksum sebagai ketua umum, Terpilihnya beliau sebagai ketua umum adalah karena memang beliau sangat mumpuni dan sanggat masyhur di bidang Pencak Silat, di bawah kepemimpinanya Pagar Nusa menjadi semakin besar dan Kuat. Gus Maksum mampu menyatukan perguruan perguruan tradisional yang tergabung dalam Pagar Nusa dalam satu komando yang beliau sampaikan, baik perguruan beladiri yang lain pun ikut segan bila berhadapan dengan anak asuh beliau.   Pagar Nusa adalah sebuah organisasi yang berusaha menghimpun potensi warga Nahdlatul Ulama dalam bidang Pencak Silat yang merupakan olahraga, seni sekaligus beladiri yang terlahir jauh sebelum masa kemerdekaan RI.  Terlahir sebagai sebuah tali yang mengikat berbagai jenis aliran perguruan yang berada di bawah naungan nahdlatul ulama, dengan tujuan sebagai benteng/ pagar dari NU dan Bangsa. Berdasarkan AD/ART setiap perguruan tradisional yang meleburkan dirinya kedalam anggota IPSNU Pagar Nusa tidaklah di larang untuk mengajarkan materi jurus ciri khas dari perguruan tersebut, hanya saja perguruan yang tergabung dalam Organisasi ini di haruskan untuk mengajarkan materi jurus baku dari IPSNU Pagar Nusa sebagai bukti bahwa perguruan tradisional tersebut tergabung dalam IPSNU Pagar Nusa sehingga menjadikan IPSNU Pagar Nusa memiliki keunikan yang tidak dapat di temukan dalam organisasi beladiri yang lainya, yaitu keaneka ragaman cirri khas yang di tunjukan oleh masing-masing aliran tradisional mulai dari seni, cara langkah Pencak Silat, Jatuhan, Kuncian dan Jurus-jurus lainya.  Disamping itu, berkaitan dengan pencak silat sebagai beladiri kaum santri, setiap jiwa IPSNU Pagar Nusa harus memiliki Filosofi bahwa pertahanan lebih utama dari penyerangan, artinya kemampuan beladiri yang di kembangkan adalah kemampuan untuk mempertahankan jika terjadi penyerangan. Sedangkan penyerangan yang dilakukan adalah penyerangan untuk melumpuhkan, sebagai shock theraphy yang menjadikan lawan menyerah, tanpa harus mematikan lawan, inilah beladiri dengan mengunakan prinsip ahklakul karimah. Karena selamanya organisasi ini tidak akan lepas dari bimbingan para kyai dan Ulama.  Itulah beberapa ke ungulan Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa dari masa kemasa… dan saat ini apa yang terjadi dengan semangat Pagar Nusa……..  Sepeninggal Gus Maksum IPSNU Pagar Nusa mengalami berbagai kemajuan dan kemunduran, tetapi sayangnya Pagar Nusa lebih banyak mengalami kemunduran di banding kemajuanya. Pagar Nusa tidak lagi di segani oleh perguruan-perguruan beladiri lain, bahkan di sebagian tempat tak jarang terdengar bahwa beberapa anggota Pagar Nusa terlibat tawuran, Apakah tidak dapat di selesaikan dengan kepala dingin ? kenapa harus mendahulukan otot dari pada otak ? karena perilaku semacam ini bukanlah hal yang di harapkan oleh para Kyai dan ulama, Banyak sekali pelatih muda yang dengan serta merta menghadapi konflik selalu mendahulukan otot dari pada menganalisa sumber masalah, sehingga tradisi semacam ini semakin tersebar luas. hal ini tidak lepas karena keterbatasan pemimpin dalam memantau anggotanya, baik dengan kunjungan maupun nasehat-nasehat yang sepertinya nampak sepele tapi memang sangat berpengaruh terhadap jiwa para pesilat…    Dan dalam beberapa tempat juga di temukan adanya perguruan tradisional yang telah tercatat  sebagai anggota IPSNU Pagar Nusa yang masih mengunakan atribut pencak silat tradisional, bahkan tanpa memberikan materi jurus-jurus baku yang telah di sepakati sebagai jurus ciri khas IPSNU Pagar Nusa, yang tentu saja hal ini dapat memecah belah persatuan antar aliran perguruan yang ada dalam lingkup IPSNU Pagar Nusa, hendaknya perguruan tradisional tersebut memahami isi dari Ad/ART yang telah di hasilkan dari musyawarah para Kyai sepuh, Ulama dan Pendekar yang berhubungan dengan identitas kepagar nusaan. Salah satu tujuan di buatnya atribut serta jurus-jurus Pagar Nusa adalah  untuk mempersatukan seluruh aliran pencak silat tradisional dalam lingkup NU. Pagar Nusa hanyalah sebuah wadah yang menampung berbagai aliran pencak silat tradisional, tanpa adanya berbagai aliran pencak silat tradisional Pagar Nusa hanyalah sebuah wadah yang kosong.  Hendaknya masing-masing aliran pencak silat lebih mengutamakan dan menonjolkan nama dan identitas Pagar Nusa di atas aliran pencak silat tradisionalnya. Untuk menjaga jiwa Persatuan IPSNU Pagar Nusa. Kami tulis sebagai bahan renungan untuk kemajuan IPSNU Pagar Nusa. Semoga jajaran pemimpin IPSNU Pagar Nusa kedepan semakin memperhatikan nasib anggotanya.



Pagar Nusa lahir sebagai bentuk keprihatinan para Kyai, ulama, pendekar serta tokoh-tokoh pencak silat terhadap pergeseran nilai pencak silat di dunia pesantren. “Pesantren kuno itu sekaligus padepokan silat,” kata Gus Maksum.

Gus Maksum Jauhari atau Mbah Maksum memang selalu identik dengan dunia persilatan, terutama “PAGAR NUSA” . Pagar Nusa merupakan Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama hasil musyawarah para Kyai, ulama, pendekar serta tokoh-tokoh pencak silat NU pada tanggal 12 Muharram 1406 H di PP.Tebuireng Jombang dan pada musyawarah kedua tanggal 3 Januari 1986 di pondok pesantren Lirboyo ditetapkan sebagai wadah para pesilat NU sekaligus mengukuhkan Mbah Ma’sum sebagai ketuanya.


Mbah Maksum lahir di Kanigoro, Kras, Kediri, pada tanggal 8 Agustus 1944, salah seorang cucu pendiri Pondok Pesantren Lirboyo KH Manaf Abdul Karim. Semasa kecil ia belajar kepada orang tuanya KH Abdullah Jauhari di Kanigoro. Ia menempuh pendidikan di SD Kanigoro (1957) lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Lirboyo, namun tidak sampai tamat. Selebihnya, ia lebih senang mengembara ke berbagai daerah untuk berguru ilmu silat, tenaga dalam, pengobatan dan kejadukan Sebagai seorang kiai, Mbah Maksum berprilaku nyeleneh menurut adat kebiasaan orang pesantren. Penampilannya nyentrik. Dia berambut gondrong, jengot dan kumis lebat, kain sarungnya hampir mendekati lutut, selalu memakai bakiak. Lalu, seperti kebiasaan orang-orang “nyleneh” di pesantren, Mbah Maksum tidak pernah makan nasi alias ngerowot. Uniknya lagi, dia suka memelihara binatang yang tidak umum. Hingga masa tuanya Mbah Maksum masih memelihara beberapa jenis binatang seperti berbagai jenis ular dan unggas, buaya, kera, orangutan dan sejenisnya.


Dikalangan masyarakat umum, Mbah Maksum dikenal sebagai orang yang pemberani dan rendah hati. Kerendahan hati Mbah Maksum dirasakan sendiri oleh penulis, saat penulis, adik penulis serta beberapa pesilat Pagar Nusa Unisma datang untuk sillaturahmi sekaligus hendak turun di ajang pencak Dor PP Lirboyo. Mbah Maksum dengan rendah hati mempersilakan rombongan kami untuk masuk, makan bersama dan memberikan nasehat-nasehat yang tidak terkesan “menggurui’. Kesan kerendahan hati Mbah Maksum ini semakin dalam di hati kami, manakala Mbah Maksum mengetahui bahwa adik penulis adalah warga tingkat I PSHT Madiun. Tidak ada perbedaan sikap Mbah Maksum ke adik penulis. Bahkan Mbah Maksum menyampaikan 4 hal kepada kami semua, yakni pentingnya persatuan diantara sesama pesilat Nusantara. Kedua, ajang pencak Dor adalah ajang kejujuran, artinya di atas panggung tidak melihat aliran namun yang dilihat adalah kemampuan dari individu pesilat itu sendiri. Ketiga, ajang pencak Dor dan budaya pencak Silat harus senantiasa dilestarikan sebagai wadah pembinaan mental bangsa. Selanjutnya pesan terakhir dari Mbah Maksum adalah para pesilat harus memiliki jiwa ksatria dan senantiasa berbakti kepada agama, nusa dan bangsa.

Keberanian dan kharisma Mbah Maksum tersebut seharusnya membangkitkan semangat pengembangan ilmu kanuragan dan pencak silat di pesantren maupun masyarakat, baik melalui wadah Pagar Nusa atau pun yang lain. Sebagai jenderal utama “pagar NU dan pagar bangsa” Mbah Maksum selalu sejalur dengan garis politik Nahdlatul Ulama, dia tak pernah terlibat politik praktis, tak kenal dualisme atau dwifungsi. Saat kondisi politik memaksa warga NU berkonfrontasi dengan PKI, Mbah Maksum menjadi komandan penumpasan PKI beserta antek-anteknya di wilayah Jawa Timur, terutama karesidenan Kediri. Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU mendeklarasikan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang menggetarkan podium. Namun dirinya tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun eksekutif. Pendekar ya pendekar! Mbah Maksum wafat di Kanigoro pada 21 Januari 2003 lalu dan dimakamkan di pemakaman keluarga Pesantren Lirboyo dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa.

Matur Nuwun Mbah Maksum, semoga semangatnya dapat ditiru oleh seluruh pesilat Nahdlatul Ulama yang ada dimana saja dan di “wadah ” apa pun. (dikutip oleh Rukma dari berbagai sumber)


Assalamu’alaikum wr.wb.
APA KABAR SEMUANYA?
MASIH SEMANGAT?
Puji syukur hanya untuk allah SWT. Atas limpahan rahmad tufik dan hidayah serta inayahnya kepada kita semua sehingga pada hari ini . bertempat dihalaman MTsN PULOSARI kami dari keluarga besar ekstra kurikuler pencak silat MTsN PULOSARI akan mengenalkan diri sebagai tanda salam persahabatan dan persaudaraan serta tidak ada maksud dari kami untuk pamer ataupun menunjukan kebolehan karna bagi kami ilmu bela diri bukan untuk pamer atau untuk dipertontonkan semata tapi bagaimana dengan pencak silat kita semakin menjadi insan yang bertaqwa kepada allah dan berguna bagi agama nusa dan bangsa. 
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan pada junjungan kita nabi agung Muhammad saw. kepada keluarga, kepada sahabatnya serta kepada ummatnya yang setia hingga akir zaman.
2 tahun yang lalu tepatnya tanggal 9 juli 2010 berdirilah secara resmi kegiatan ekstra kurikuler pencak silat PAGAR NUSA SUNAN GIRI, dengan usaha kami serta dukungan dari seluruh keluarga besar MTsN PULOSARI kami mampu bertahan sebagai satu-satunya kegiatan resmi pencak silat MTsN PULOSARI ngunut, dan diasuh dan dibina oleh pengurus ikatan pencak silat seluruh Indonesia(IPSI) kab. Tulungagung dan juga oleh pengurus cabang pagar nusa kab. Tulungagung, kami berusaha agar warga pencak silat PAGAR NUSA SUNAN GIRI di MTsN PULOSARI benar-benar menjadi siswa yang berakhlakul karimah dengan mengedepankan nilai-nilai ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa menjadi anak yang kuat,cerdas dan beraklak mulia .
Mengapa kita harus memilih pencak silat sebagai kegiatan pencak silat di MTsN PULOSARI? Karena pencak silat adalah beladiri asli dari bangsa Indonesia yang dulunya pernah ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia,sekarang ini banyak tumbuh aliran bela diri yang berasal dari aliran luar negeri  dari jepang, china,amerika dll.tapi kita sebagai bangsa Indonesia sebagai generasi penerus bangsa harus bangga dengan warisan luhur asli Indonesia yakni pencak silat, kalau bukan kita siapa yang akan mewarisi pencak silat?, kalau bukan sekarang kapan lagi?, apakah harus menggu sampai budaya asli Indonesia diambil oleh Negara lain agar hati kita terbuka jiwa kita tergerak, bagi kami mereka yang disebut pahlawan bangsa adalah mereka yang mau mengembangkan warisan budaya bangsa.
Dijaman sekarang ini banyak generasi bangsa kita yang terjebak dalam pergaulan bebas,terjebak oleh narkoba dan tindakan-tindakan lain yang bertentangan dengan agama dan juga hUkum Negara,kami keluarga pencak silat PAGAR NUSA SUNAN GIRI,berupaya untuk ikut andil menjadi solusi untuk permasalahan tersebut,sehingga dengan mengikuti kegiatan pencak silat maka para siswa bisa lebih terarah dan tidak akan gampang terpengaruh oleh kegiatan-kegiatan yang negatife karena kami sangat menjunjung tinggi prasetya pagar nusa sebagai perisai diri.
Oleh karena itu kami mengharap dukungan kepada semua pihak terutama bapak kepala MTsN PULOSARI,segenap dewan guru,para karyawan untuk mendukung program ekstra kurikuler pencaksilat pagar nusa SUNAN GIRI.
Pagar nusa SUNAN GIRI memiliki moto lha gholiba illa billah tidak ada kekuatan yang bias mengalahkannya kecuali dari allah SWT.
Ilmu-ilmu yang diajarkan di pencak silat sunan giri MTSN PULOSARI adalah:
1.    Jurus sunan giri dasar , tingkat TK,SD,SMP,SMA, dan perguruan tinggi
2.    Jurus sunan giri lanjutan( jurus tongkat,jurus pedang,jurus ruyung,jurus empat penjuru angin,pernapasan( jurus tenaga hayati dasar, ilmu pengobatan, akrupresur)
3.    Pencak silat  prestasi
4.    Jurus inti sunan giri ( jurus inti kekuatan fitroh)
Oleh karena itu kami persilakan untuk mendaftarkan dir

Gus Aiz sebagai Ketua Umum Pagar Nusa periode 2012-2017


Aizzudin Abdurrahman
Aizzudin Abdurrahman
JAKARTA - Cucu pendiri Nahdatul Ulama (NU) KH Hasyim As’ary, Aizzudin Abdurrahman, terpilih sebagai Ketua Umum Pagar Nusa periode 2012-2017 dalam kongres di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Paciran, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (11/7/2012).

Pria yang akrab dipanggil Gus Aiz itu berhasil mengungguli lima kandidat lain, yaitu Abah Suyuthi, Gus Bidin, Fuad Anwar, KH Nuril Arifin, dan Said. Dalam pemilihan, Gus Aiz berhasil menang mutlak dengan meraup 201 suara. Di posisi kedua, Abah Suyuthi dengan 18 suara, kemudian Gus Bidin 9 suara, Fuad Anwar 15 suara, KH Nuril Arifin 2 suara, Said 1 suara dan 1 suara tidak sah.

Dengan demikian, Ketua PBNU H Arvin Hakim Toha selaku pimpinan sidang, menetapkan Gus Aiz sebagai Ketua Umum Pagar Nusa periode 2012-2017. “Saya ucapkan selamat kepada Gus Aiz,” ujarnya diikuti ketukan palu sidang.

Kongres Pagar Nusa yang digelar di Lamongan pada 9 Juli-11 Juli 2012 diikuti 24 wilayah dan 253 cabang dari seluruh Indonesia.

Setelah terpilih sebagai ketua umum, Gus Aiz menegaskan, akan melakukan penataan organisasi dan pembinaan atlet. Pembinaan atlet, menurut dia, bersifat mendesak karena selama ini terkesan kurang diperhatikan. “Di samping itu, Pagar Nusa juga harus melakukan olah intelektual, ekonomi, serta kesenian dan budaya,” ujarnya.

Gus Aiz menambahkan, Pagar Nusa selaku badan otonom PBNU memiliki peran penting menjaga para ulama, kiai, dan pesantren dalam melakukan kegiatan dakwah keagamaan dan kemasyarakatan dalam bingkai NKRI. Pagar Nusa juga berperan penting menjaga tradisi pesantren yang dalam sejarahnya dibidang pendidikan keagamaan mampu mengurai karut-marut persoalan di masyarakat.

“Pagar Nusa beranggotakan orang-orang pilihan yang memiliki ketrampilan khusus, yakni kemampuan bela diri dan kemampuan spiritual di atas rata-rata serta jiwa kesatria sebagai pendekar,” terangnya.

Sejarah, kata Gus Aiz, telah membuktikan Pagar Nusa mampu mencetak pribadi-pribadi handal, kuat, dan teguh pendirian berlandaskan nilai-nilai spiritual dan mental ibadah dalam menjaga pribadi maupun lingkungan di sekitarnya dari pengaruh negatif yang tidak sesuai dengan jati diri dan moralitas bangsa Indonesia. Terutama pada masa kepemimpinan Gus Maksum.

“Jasa Gus Maksum semasa hidup untuk Pagar Nusa menurut saya luar biasa. Belum ada lagi tokoh sebesar beliau. Tapi kita akan bisa meneruskan perjuangan beliau apabila bersama-sama memahami sebenarnya ancaman terbesar Pagar Nusa adalah di luar sana, Pagar Nusa sebagai pagar terluar NU harus mulai diperbaiki struktur bangunannya, memperkuat, dan memotivasi kualitas sumber daya manusia yang membangun dan menjaga pagar,” urainya.

Sebagai salah satu program, sambung Gus Aiz, merealisasikan pembangunan Padepokan bukanlah sebuah mimpi. Dengan kerja keras, padepokan yang akan menaungi perguruan-perguruan di bawah Pagar Nusa dalam waktu singkat pasti bisa diwujudkan.

Di penghujung kalimatnya, Gus Aiz berharap para pendekar Pagar Nusa bisa melanjutkan cita-cita mulia Gus Maksum dan mampu merangkul semua kalangan.

“Beliau dekat dengan seluruh lapisan masyarakat. Saya rasa kita bisa meneruskan itu. Mulai dari petani, pedagang, guru, birokrat, TNI/Polri, artis. Sudah pasti tetap dengan sami’na wa atho’namenjalankan dawuh para ulama, termasuk PBNU. Inilah potensi besar Pagar Nusa yang selama ini tidak terkelola dengan baik untuk kemaslahatan umat,” tandasnya.i segera dalam kegiatan pencak silat pagar nusa sunan giri, jadilah anak yang kuat dan berhati mulia. Kegiatan pencak silat sunan giri MTsN PULOSARI diadakan tiap hari SABTU jam 14.30 dan mengisi formulir pendaftaran. wassalamu’alaikum wr.wb.

ejarah Pagar Nusa Indonesia

Jujur, ihlas, sportif, berani mengabdi, teguh pendirian, dan elegan. Pangkat-pangkat inilah yang layak disandang para pendekar dari Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPS-NU) Pagar Nusa.

Lagi pula para pendekar dunia persialatan ini tak terlalu butuh pangkat-pangkat basah di pemerintahan yang akhir-akhir ini ramai diperebutkan orang banyak. Para pendekarlah sebenarnya yang berada di barisan terdepan perjuangan mendapatkan ”kedaulatan” negeri ini sekalipun belakangan nama mereka tidak banyak mendapatkan tempat dalam catatan sejarah yang didominasi oleh para diplomat dan politisi.
Di tengah-tengah kerumunan ratusan pendekar berbaju, celana, dan kopyah atau julbab hitam kelam itu penulis menemukan semangat menggebu-gebu untuk memperbaiki kondisi Nusantara yang telah dikacaukan oleh ”para pendekar berwatak jahat.” IPS-NU Pagar Nusa mengadakan Kongres di Pesantren Ciganjur Jakarta asuhan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Jum’at-Ahad (23-25 September 2005) lalu.
Menjelang pelaksanaan kongres saya sempat berbincang dengan Ketua Umum IPS-NU Pagar Nusa yang selanjutnya terpilih kembali. Dialah Prof. DR. KH. Suharbillah. Perbincagan berlangsung akrab dan sama sekali tanpa rasa takut meski saat itu penulis berhadapan dengan seorang pimpinan pendekar yang brewokan dan bertubuh besar kekar. Salah satu ucapan Kiai Suharbillah yang penting begini:

0 komentar:

Posting Komentar